Aspergillus flavus
Klasifikasi:
Super
kingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus
flavus
Aspergillus
flavus pada sistem klasifikasi yang terdahulu merupakan spesies kapang yang termasuk dalam divisiTallophyta
sub-divisi Deuteromycotina, kelas kapang
Imperfecti , ordo Moniliales, famili Moniliaceae dan genus Aspergillus. Sistem
klasifikasi yang lebih baru memasukkan genus Aspergillus dalam Ascomycetes
berdasarkan evaluasi ultrastruktural, fisiologis, dan karakter biokimia
mencakup analisis sekuen DNA. Kapang dari
genusAspergillus menyebar luas secara
geografis dan bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan bergantung pada
spesies kapang tersebut dan
substrat yang digunakan. Aspergillus memerlukan temperatur yang lebih tinggi,tetapi
mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu
berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini,sekalipun memerlukan waktu yang lebih
lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi mampu
memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih tahan terhadap bahan-bahan
kimia. Hampir semua anggota dari genus Aspergillus secara alami dapat ditemukan
di tanah dimana kapang dari genus tersebut berkontribusi dalam degradasi
substrat anorganik. Spesies Aspergillus dalam industrisecara umum digunakan
dalam produksi enzim dan asam organik, ekspresi proteinasing serta fermentasi
pangan.
Aspergillus flavus merupakan
kapang saprofit di tanah yang umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaurulang
nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut
juga ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain
menyerang segala jenis substrat organik
dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban
udara yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu
bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul
dari kaki sel, sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak
berwarna, konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.
Aspergillus flavus
memiliki konidiofor yang panjang (400-800 μm) dan relatif kasar, bentuk
kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa
berseptum,dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya
tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari Kapang
ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuningkehijauan
atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak berwarna,sedangkan
koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh
produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi
atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan
kelembaban sebagai variabel yang paling penting.Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga
disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga
kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil
substrat dalam tanah maupun tanaman. Aspergillus
flavus dan Aspergillus parasiticus
merupakan bagian grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya
sebagai patogen pada tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan
aflatoksin pada tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan
produsen toksin paling penting dalam grup Aspergillus
flavus yang mengkontaminasi produk agrikultur. Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus mampu mengakumulasi aflatoksin pada berbagai produk pangan
meskipun tipe toksin yang dihasilkan berbeda.
Secara
umum perkembangbiakan dari divisi ascomycotina yaitu terdapat dua cara : Secara vegetatif, Dengan cara kalmidospora (spora berdinding
tebal), fragmentasi (pemisahan sebagian cabang dari miselium yang selanjutnya
tumbuh menjadi individu baru), tunas/kuncup (budding) yaitu pada Saccharomyces.
Secara generatif, Dengan menghasilkan spora yang dibentuk di dalam askus. Askus-askus itu berkumpul dalam badan yang disebut askokarp.
Secara generatif, Dengan menghasilkan spora yang dibentuk di dalam askus. Askus-askus itu berkumpul dalam badan yang disebut askokarp.
Aspergillus flavus merupakan kapang yang menghasilkan toksin atau racun berupa
aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa
racun/toksin yang dihasilkan oleh metabolit sekunder kapang/jamur Aspergillus
flavus dan A.parasiticus. Aflatoksi merupakan segolongan mikotoksin (racun/toksin yang berasal
dari fungi/kapang/jamur)yang sangat mematikan dan karsinogenik (pemicu kanker)
bagi manusia dan hewan. tingginya kandungan aflatoksin pada makanan/pakan akan
berbuntut keracunan dan berakibat kematian, hal ini menjadi tantangan bagi kita
semua. Kondisi iklim indonesia, tropis hal ini membuat tingkat kelembaban yang
tinggi sehingga kendisi tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan kapang/jamur.
Kapang ini biasanya ditemukan pada bahan pangan/pakan yang mengalami proses
pelapukan antara biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan bunga
matahari), rempah-rempah (seperti ketumbar, lada, jahe, serta kunyit) dan serealia
(seperti padi, gandum, sorgum dan jagung).
Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh kondisi lingkungan dan iklim, seperti kelembapan, suhu, dan
curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti itu biasanya ditemui di negara tropis
seperti Indonesia. Senyawa aflatoksin terdiri atas beberapa jenis, yaitu B1,
B2, Gl, dan G2, namun yang paling dominan dan mempunyai sifat racun yang tinggi
dan berbahaya adalah aflatoksin B1 Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah,
jagung, dan hasil olahannya, serta pakan ternak. Hewan ternak yang mengonsumsi
pakan tercemar aflatoksin akan meninggalkan residu aflatoksin dan metabolitnya
pada produk ternak seperti daging, telur, dan susu. Hal tersebut menjadi salah
satu sumber paparan aflatoksin pada manusia.
Masalah yang timbul jika
mengonsumsi pangan yang mengandung aflatoksin adalah :
a. Keracunan
akut (aflatoksikosis), dengan gejala mual, muntah, kerusakan hati hingga
kematian pada kasus serius
b. Perkembangan
anak dan pertumbuhan janin terganggu
c. Metabolisme
protein terganggu
d. Kekebalan
tubuh menurun
e. Kanker
hati (Hepatocellular carcinoma (HCC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar